Posted in short story

Kepulangan

Bila kamu suka memperhatikan langit setiap menjelang sore hari, sesekali kamu akan menemukan warna matahari yang begitu indah dan teduh. Gumpalan-gumpalan awan seakan melambaikan perpisahan kepada langit senja dengan bersahaja. Lalu redup malam yang tenang, menandakan sudah waktunya untuk pulang.

***

Entah apa lagi yang harus Rainbow lengkapi pada risetnya kali ini, otaknya sudah mengebul dan berasap seminggu belakangan ini untuk mengerahkan segala pikirannya dalam mengerjakan analisis pengembangan teknologi bagi sektor industri di Indonesia, yang diminta oleh bosnya. Cloudy pasti kesal sekali kalau ia mengetahui akhir-akhir ini aku sering terlambat pulang dan membiarkan Ibu menunggu di rumah, gumam Rainbow.

Cloudy, kakak Rainbow, sedang menyelesaikan studi S2nya di negeri sakura. Biasanya dulu Cloudy dan Rainbow bergantian menjaga dan menemani Ibu. Cloudy yang merupakan seorang illustrator komik lebih sering menghabiskan waktunya untuk beraktivitas pada malam hari, sehingga sejak pagi sampai sore ia cukup berada di rumah bersama Ibu. Sementara Rainbow yang terikat jam kerja pegawai kantoran, baru bisa menemani Ibu mulai sekitar pukul 6 petang.

Ayah telah terlebih dahulu meninggalkan mereka semua saat Cloudy dan Rainbow sama-sama masih duduk di bangku sekolah dasar karena penyakit radang paru-paru. Sejak Ayah meninggal, Ibu menjadi single fighter yang mencari nafkah sambil membesarkan kedua anak lelakinya. Untungnya pekerjaan Ibu sebagai seorang dokter spesialis di sebuah rumah sakit swasta cukup untuk memenuhi segala kebutuhan mereka.

Sayangnya, karena terlalu sibuknya mengurusi kondisi tubuh orang-orang, Ibu kurang memperhatikan dirinya sendiri. Beberapa tahun terakhir, seiring dengan usianya yang menua, kondisi kesehatan Ibu menurun. Bahkan, Ibu sempat mengalami stroke ringan yang menyebabkan kaki sebelah kirinya tidak dapat digerakkan. Sampai pada akhirnya kami meminta Ibu untuk tidak aktif lagi bekerja dan beristirahat di rumah saja.

Sejak Cloudy ke Jepang, otomatis harus ada yang menggantikan Cloudy untuk mengurus Ibu karena Rainbow tidak mungkin berada di rumah setiap waktu. Rainbow menyewa seorang pengasuh manula khusus untuk mengurus Ibu, sedangkan untuk mengurusi pekerjaan rumah sehari-hari, Rainbow mempekerjakan seorang asisten rumah tangga. Rainbow bersyukur keduanya melakukan pekerjaan mereka masing-masing dengan sangat baik.

***

Mentari, pengasuh Ibu, dengan suara paniknya di ponsel memberitahukan kepada bahwa Ibu terpeleset di teras rumah yang agak licin karena terkena tampias hujan, sepertinya kepala Ibu menyentuh lantai dengan cukup keras sehingga menyebabkannya tidak sadarkan diri. Rainbow pun menyuruh Mentari memanggil ambulans dan membawa Ibu ke rumah sakit. Setelah itu aku segera mengabarkan Cloudy melalui media skype. Cloudy yang kebetulan sedang online juga sangat terkejut dengan kabar tersebut.

Tadi Ibu sempat bilang mau nunggu Mas di depan rumah. Katanya udah malem banget kok Mas belum pulang juga. Kata-kata Mentari tadi masih terngiang-ngiang di telinga Rainbow yang membuatnya bergegas membereskan barang-barangnya dan pulang ke rumah.

***

Tiba-tiba saja Cloudy sudah berada di hadapan Rainbow, di lorong rumah sakit tempat Ibu saat ini berada. Mereka sempat saling bertatapan dalam keheningan sebelum akhirnya Cloudy menjelaskan alasan kepulangannya. Entah kenapa aku merasakan sesuatu akan terjadi pada Ibu,entah apa itu. Akhirnya aku segera membeli tiket pesawat yang memiliki jadwal penerbangan tercepat, ucap Cloudy.

***

Ibu tersenyum bahagia. Kepulangannya ke rumah saat ini didampingi oleh kedua putra kesayangannya. Setelah hampir dua minggu dirawat secara intensif di rumah sakit, dokter menyatakan Ibu sudah sembuh dan boleh pulang. Benturan di kepala yang dialami Ibu memang mengakibatkan gegar otak ringan, namun tidak membahayakan kondisi fisik Ibu. Kedua tangan Ibu kini menggamit jemari Cloudy dan Rainbow dengan hangat, seperti tangan Tuhan yang bekerja setelah mendengar doa Ibu yang sungguh berharap mereka dapat kembali bersama.