Posted in short story

Beano Bear – Kemah Musim Panas (IV – Tamat)

A friendship has no time limit of knowing, getting closer, and understanding each other. Somebody ever said this: ‘I met you as a stranger. Now I have you as a friend. I hope we meet in our next walk of life where friendship never ends.’ With true friends, you will never feel left alone.

Memasuki hari kelima kemping dan hujan mulai turun di area perkemahan. Seharusnya para peserta dijadwalkan untuk melaksanakan program kebersihan lingkungan dengan kerja bakti di lingkungan perkemahan dan sekitarnya, namun akhirnya hampir seharian ini mereka lebih banyak menghabiskan waktu di tenda kelompok masing-masing.

Bernard yang sejak tadi malam mengeluh kecapekan dan pegal-pegal sedang dipijat oleh Kim Jong Bear sambil menyarankannya untuk minum ginseng. Pow tampak memasang koyo di sekujur tubuhnya yang juga mengalami kelelahan lalu duduk bersandar, melakukan relaksasi. Bedu asyik melahap isi sebuah biografi tokoh-tokoh beruang dunia abad ke-20, sementara Bealy terlihat membereskan beberapa barang yang terlihat berantakan dalam tenda.

Beano? Tidur.

“Kira-kira sejak dua minggu lalu, di negara saya sudah memasuki musim gugur. Daun-daun akan menguning lalu melepaskan diri dari ranting dan memenuhi jalanan,” suara Bearnard mengisi keheningan di dalam tenda.

“Kalau di negara saya yang hanya memiliki dua musim, pasti sekarang sudah mulai musim hujan. Yah, seperti di sini saat ini,” Bedu melanjutkan pembahasan tentang musim.

“Sama dong! Kutub Utara kan juga cuma punya dua musim, tapi beda jauh banget lah ya suhunya dengan Indonesia. Hahaha…” timpal Bealy.

“Di Asia Timur, mungkin pada bulan September ini bisa dibilang cuacanya sedang labil. Karena masih musim panas tapi dengan pengaruh iklim benua yang lembab, kadangkala tetap terjadi hujan,” Kim Jung Bear menjelaskan dan diikuti oleh anggukan Pow.

Percakapan mereka pun berlanjut sambil sesekali diselingi gurauan dan tawa.

I’m gonna miss you so much, guys!

demikian bisik Beano dalam hati, yang sambil tidur-tidur ayam dan dengan mata terpejam, ternyata menguping percakapan mereka.

Hari keenam di perkemahan adalah Hari Pesta. Kakak-kakak Pembina telah mendatangkan beberapa band dan penyanyi lokal untuk mengisi acara hiburan serta mengundang Ted, aktor beruang Hollywood yang tengah naik daun sebagai bintang tamu utama, membawakan hymne andalannya: Thunder Song, meskipun dalam cuaca yang sangat cerah.

Bagi Beano, melihat berbagai jenis hidangan lezat yang disediakan, ini adalah pesta makan-makan besar.

“Nom… Nom… Nom…”

Malam harinya, adalah malam keakraban sekaligus perpisahan karena besok kegiatan kemah akan berakhir dan para peserta akan kembali ke rumahnya masing-masing.

Mereka berkumpul tapi tidak lagi dalam kelompok melainkan melebur dan duduk bersama-sama mengelilingi sebuah api unggun yang cukup menghangatkan mengingat suhu udara mulai menurun, menandakan bahwa musim panas akan segera berakhir. Beano tengah memandang langit dengan tatapan kosong tapi perutnya penuh, saat tiba-tiba ada yang menepuk pundaknya.

“Apa kabar, bro?” ternyata Beago, sahabatnya.

“Hehehe, baik. Nggak nyangka ya, hampir seminggu ini kita malah bisa nggak sempet ketemu dan ngobrol meskipun sebentar. Sebegitu sibuknya dengan kelompok masing-masing. Gout kangen deh sama lau.”

“Iya sama, kangen juga. Sedikit, hahaha… ” Beago tertawa dengan jenaka.

“Gimana temen-temen kelompok?”

“Mereka asyik, seru! Walaupun nggak banyak prestasi dan poin kelompok kami rendah, tapi mereka sangat menyenangkan. Kelompok lau sendiri gimana?”

“Mereka hebat,” Beano menjawab singkat sambil tersenyum.

Salah satu kakak Pembina meminta perhatian para peserta kemah untuk mengumumkan kelompok terbaik dengan poin melesat jauh di atas peringkat keduanya. Kelompok tersebut tiada lain dan tiada bukan adalah GengNamBear.

“Selamat ya, bro!” Beago mengulurkan tangannya pada Beano yang nyengir-nyengir kuda.

Usai pengumuman itu, Kakak Pembina lalu mengingatkan bahwa meskipun terdapat berbagai perlombaan dan pertandingan, namun segala sesuatu yang ada di sini bukanlah sama sekali tentang kompetisi atau persaingan.

Tidak lama kemudian Kakak Pembina tersebut memanggil Winnie The Pooh, tamu yang turut diundang untuk hadir dalam acara malam ini, dan memintanya memberikan beberapa penggal kalimat pesan bagi para peserta kemping.

“Terima kasih atas kesempatannya. Saya berdiri diantara kalian saat ini, sambil membayangkan beberapa tahun lalu saya pernah mengikuti kegiatan serupa dengan ini juga di Disney Land, bersama-sama dengan Piglet, Tigger, Eeyore, Rabbit, Owl, Kanga, Roo, dan tentunya Christopher Robin sebagai kakak Pembina kami. Hanya saja bedanya, saya telah lama bersahabat sangat dekat dengan mereka, sementara kalian mungkin di sini baru saja saling mengenal.

I really believe that this is what the camping is all about.

Semoga usai kegiatan ini, setelah kalian kembali ke rumah di negara masing-masing, kalian tidak akan lupa begitu saja. Namun kalian akan tetap saling mengingat dan menjaga hubungan baiksatu sama lain, tidak ragu untuk memberikan bantuan dengan tulus ketika dibutuhkan, serta segera memafkan apabila ada yang berbuat kesalahan. Saya rasa sesederhana itu saja.”

Winnie the Pooh pun menutup kalimatnya, seiring dengan selesainya acara pada malam itu.

Dan cerita ini pun bearakhir sampai di sini.